Senin, 25 Februari 2008

Boleh nggak aku membeli waktu ayah 1 jam saja ?

Cerita yang sangat menyentuh, untuk bahan renungan kita bersama…! Jika anda adalah seorang ayah, luangkan waktu sejenak dan bacalah dengan seksama ! Sudahkah kita menjadi seorang Ayah yang semestinya ?

Pada suatu hari, seorang laki-laki pulang dari bekerja larut malam. Hari itu sangat melelahkan baginya. Sesampainya dirumah ia mendapati anaknya yang berusia 5 tahun sudah menunggunya di depan pintu rumah.

Anak: "Ayah, boleh aku bertanya?"
Ayah: "yeah, boleh, ada apa?" jawab sang ayah.
Anak: "Ayah, berapa gaji ayah dalam satu jam?"
Ayah: "Bukan urusan mu.. ngapain kamu nanya-nanya hal begitu??" jawab sang ayah dengan marah.
Anak: " Aku cuma pengen tahu ayah... tolonglah ayah, beritahu aku, berapa penghasilan ayah dalam sejam?" tanya si anak dengan memelas
Ayah: "baiklah, jika kamu emang pengen tahu, gaji ayah mu ini Cuma Rp.30.000 sejam.. puas?" jawab si ayah dengan ketus.
Anak: " Oh..." ujar si anak sambil menundukkan kepala... kemudian ia kembali bertanya
Anak: "ayah, boleh nggak aku minta Rp.15.000?" tanya si anak dengan ragu-ragu..

Begitu mendengar pertanyaan terakhir anaknya, kekesalan sang ayah langsung memuncak. Pada saat itu juga sang ayah langsung berkata: "oh.. jadi kamu nanya gaji ayah berapa cuma mau minta uang untuk beli mainan-mainan yang engga penting atau barang-barang enggga berguna lainnya ya? Kalau begitu sekarang kamu cepat masuk ke kamarmu dan tidur... kamu tahu sekarang jam berapa hah? Mikir dong..ayah kerja keras tiap hari untuk kamu dan mamamu, tapi kamu egois sekali... kelakuanmu sungguh memalukan".

Dengan wajah sedih dan kepala menunduk si anak segera menuju ke kamarnya tanpa berkata-kata.. terlihat jelas bahwa ia sangat sedih mendengarkan perkataan ayahnya... ia segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan perlahan.

Sang ayah lalu duduk di kursi dan tanpa sengaja kembali memikirkan permintaan anaknya barusan ditengah malam buta seperti saat itu. Dalam pikirannya ia sangat kesal dan tak habis pikir kok teganya anak yang disayanginya itu malah menanyakan uang disaat ia baru saja pulang dan capek setelah bekerja keras seharian.

Setelah beberapa jam berlalu, sang ayah mulai tenang, dan ia bisa berpikir sedikit lebih jernih. Ia kemudian berpikir: "yah, namanya juga anak-anak... atau mungkin saja anak ku memang membutuhkan uang Rp.15.000 itu untuk membeli sesuatu yang sangat penting baginya. Lagi pula, anak ku itu tidak terlalu sering minta uang kok... ia juga bukan anak yang suka konsumtif."
Lalu sang ayah segera menuju kekamar anaknya, lalu membuka pintu kamar anaknya itu.

"Kamu udah tidur sayang?" tanya sang ayah.
"Belum ayah", jawab anaknya dengan suara agak terbata-bata.
"Ayah udah berpikir, mungkin tadi ayah terlalu keras" kata sang ayah.
"Hari ini sangat melelahkan buat ayah, ayah minta maaf telah melampiaskan kekesalan ayah padamu. Ini, Rp.15.000 yang kamu minta tadi" kata sang ayah dengan nada lembut.
Si anak seketika itu juga langsung berdiri dan tersenyum. "Oh... terima kasih ayah... " ujar anaknya dengan riang.

Kemudian, ia merogoh kebawah bantalnya dan mengeluarkan setumpuk uang kertas yang sudah lusuh. Si anak kemudian mulai menyusun dan merapikan uang yang dimilikinya itu diatas kasur.

Ketika sang ayah melihat ternyata anaknya sudah punya uang dalam jumlah yang cukup banyak, ia kembali marah dan kesal. "Untuk apa kamu minta uang lagi kalau kamu udah punya uang sebanyak itu?" tanya sang ayah dengan nada tinggi.

"Soalnya sebelum ayah kasih, uangnya nggak cukup ayah..." jawab sang anak. 
"Tapi sekarang aku udah punya uang yang cukup", kata si anak kemudian. 
"Ayah, sekarang aku sudah punya Rp.30.000.. boleh nggak aku membeli waktu Ayah satu jam saja…?" tanya anaknya dengan nada sungguh-sungguh dan polos.
"Aku mau makan malam bareng sama ayah dan mama... besok ayah pulang cepat ya…" ujar si anak dengan sungguh-sungguh… matanya menatap polos pada sang ayah yang diam terpaku dihadapannya.

Mendengar perkataan anaknya, sang ayah langsung terenyuh dan menangis.. ia lalu segera merangkul anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak.

"Maafkan ayah sayang..." ujar sang ayah.
"Ayah telah khilaf, selama ini ayah lupa untuk apa ayah bekerja keras...maafkan ayah anakku..." kata sang ayah ditengah suara tangisnya. Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang ayah.

Cerita ini hanyalah untuk mengingatkan kita semua yang selalu bekerja keras dalam hidup ini. Janganlah kita membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa kita sempat menikmati waktu yang sangat berharga tersebut bersama orang-orang yang sangat kita sayangi dan sangat berarti dalam hidup kita.

Ingatlah untuk selalu berusaha menyisihkan waktu seharga Rp.30.000 untuk orang-orang yang Anda cintai dan sayangi. Jika kita meninggal besok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mengganti orang yang menempati posisi kita hanya dalam hitungan hari.. Tapi, keluarga dan orang dekat tercinta yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan itu sepanjang hidupnya. Bila kita memikirkannya, kenapa kita masih saja mencurahkan seluruh hidup kita hanya untuk bekerja ? Kenapa kita tidak mencoba untuk berfikir dengan perspektif seorang anak yang polos dan sederhana, dalam memahami keinginan seorang anak ? Ternyata bukan nilai uang yang mereka cari selama ini, tapi nilai kasih sayang dan perhatian seorang ayah yang selalu mereka inginkan. Semoga jadi  inspirasi kita mulai hari ini.

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Hik ... hik.. tersntuh sekali membaca ceritanya, jadi ingat kesemuanya. Semoga kita bisa berbuat yg terbaik utk keluarga kita yg tercinta. Maksih ya, Hen.

Anonim mengatakan...

Trims atas artikelnya, mungkin artikel ini senada http://awan965.wordpress.com/2007/04/13/maafkan-ayah-anakku/

Hendy Herdiman mengatakan...

Kang Herli : Terus terang selama ini saya belum menjadi Ayah 'terbaik' bagi anak-anak saya ! Saya sedang berusaha mewujudkannya..!

Awan : Betul, saya sudah membaca artikel-nya..! Mudah-mudahan jadi bahan pembelajaran bagi kita semua sebagai Ayah bagi anak-anak kita.

Anonim mengatakan...

wah ka hen , terenyuh bgt jadinya. kalu anakku yang nanya berapa gaji mamanya, berapa yach? ha..ha...
Btw, family must be the number one....I'll try... Thx yach ka hen..

Hendy Herdiman mengatakan...

Yups..makasih atas komen..nya Cyn.!
Anak-anak tidak perlu tahu berapa penghasilan orang tua-nya, yang penting mereka mengetahui bahwa orang tua-nya cukup kaya hati dan kasih sayang..sehingga mereka bisa memahami kekurangan orang tua-nya..!

Anonim mengatakan...

Aku tersentuh,

http://stonzey.blogspot.com/2008/02/boleh-nggak-aku-membeli-waktu-ayah-1.html