Minggu, 03 Agustus 2008

Menyiram Garam Diatas Luka Yang Belum Kering


Benar atau tidaknya isi rekaman pembicaraan terakhir antara Air Traffic Controller (ATC) dengan pilot dan kopilot Adam Air DHI574, sampai dengan saat ini belum ada yang bisa membuktikan. Jika memang isi percakapan itu benar dan merupakan copy dari blackbox pesawat Adam yang jatuh di perairan Majene Sulawesi Selatan itu, bagi saya pribadi itu adalah sebuah titik awal dari terbuka-nya sebuah rahasia besar yang selama ini tertutup rapih. Terlepas dari motivasi, legal atau tidak legal, tersebarnya isi rekaman ini seakan membuka kembali luka lama bagi keluarga korban kecelakaan pesawat Adam Air yang selama ini sudah meng-ikhlaskan kepergian orang tercinta untuk selama-nya. Sungguh getir derita yang harus mereka terima tatkala harus menerima kenyataan bahwa orang yang mereka kasihi harus meninggalkan mereka dalam situasi dan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.

Luangkan waktu sejenak untuk menyimak isi dari copy rekaman yang anda bisa download disini atau disini. Jika menyimak isi pembicaraan dari ATC dan Pilot ada beberapa analisa yang bisa kita ambil :
  1. Cuaca pada beberapa saat sebelum kecelakaan terjadi, dalam keadaan kurang baik. Namun hal ini biasa terjadi dalam sebuah penerbangan dan bukan faktor penyebab terjadinya kecelakaan.
  2. Adanya kerusakan pada DME (Distance Measuring Equipment) yaitu suatu alat mengukur jarak antara pesawat tersebut dengan bandara tertentu. Masalah kemudian menjadi lebih rumit dengan rusak-nya FMS (Flight Management System) dan FIDS (Flight Information Display System).
  3. Dengan rusaknya komputer pengendali pesawat(FMS) dan kacau-nya tampilan informasi penerbangan yang terpampang di depan pilot dan kopilot (FIDS) akhirnya kedua-nya memutuskan untuk mengalihkan sistem navigasi pesawat dari sistem computerized ke sistem manual yang lebih mengandalkan ketepatan dan attitude pilot dan kopilot dalam mengendalikan pesawat. Cuman anehnya kerusakan ini dianggap biasa oleh pilot yang yang terbersit dari ucapannya "ngaco FIDSnya udah....FMS-nya..FMS telah mengacaukan dirinya sendiri..ueedan opo..!!' . Apakah hal ini karena terlalu seringnya terjadi kerusakan, sehingga dianggap biasa ????
  4. Keterlambatan dari pilot dan kopilot untuk mengantisipasi keadaan yang memburuk dalam rentang waktunya yang sangat singkat. Pilot dan kopilot terlambat menyadari bahwa pesawat tidak mampu mereka kendalikan lagi dan betul-betul mereka telah kehilangan kontrol atas pesawat tersebut. Hal ini terungkap dari kepanikan pilot dan kopilot di beberapa detik terakhir menjelang pesawat menghujam perairan Majene.
Jika kita adalah salah satu dari keluarga korban layakkah kita mencari keadilan dan kebenaran yang lebih sahih. Dengan menyimak isi dari rekaman tadi, rasanya kita masih bisa menyimpulkan sendiri pihak manakah yang seharusnya bertanggung jawab atas semua ini :
  • Operator Maskapai Penerbangan (Pihak Adam Air) paling layak dipersalahkan karena banyak mengabaikan aturan keselamatan dan keamanan penerbangan demi tetap mempertahankan eksistensi-nya dalam persaingan antar operator penerbangan. Demi mengejar tarif murah, maka 'maintenance, safety & security cost' dipangkas habis sehingga menisbikan kelayakan sebuah penerbangan. Coba anda bayangkan sendiri betapa mengerikan jika anda terlambat menyadari bahwa anda telah telah terbang menggunakan pesawat yang tidak prima karena kurang terawat dan diterbangkan oleh pilot yang telah 'dipaksa' atau tidak oleh pihak manajemen untuk menerbangkan sebuah pesawat yang bermasalah.
  • Ada human error yang dilakukan oleh pilot dan kopilot karena menganggap biasa sebuah kerusakan alat navigasi dan kontrol pesawat. Semestinya sedari awal pilot dan kopilot menyadari bahwa ada yang ketidakberesan yang terjadi pada pesawatnya dan segera mengambil tindakan antisipatif secara cepat dan tepat dan segera meminta panduan dari pihak ATC.
  • Pemerintah (Dephub Udara) telah gagal dalam mengontrol setiap maskapai penerbangan untuk senantiasa taat pada aturan SOP keamanan dan keselamatan penerbangan (atau bahkan SOP-nya sendiri belum ada atau SOP-nya yang belum mampu meng-antisipasi upaya akal-akalan operator penerbangan). Maka-nya tidak aneh jika Uni Eropa melarang semua maskapai penerbangan Indonesia untuk terbang ke kawasan Uni Eropa. Dengan dalih apapun tetap saja pemerintah tidak akan mampu menutup carut marut dunia penerbangan di Indonesia.
Tersebarnya isi rekaman diatas tadi seolah-olah menyiramkan garam diatas luka para keluarga korban pesawat Adam Air yang belum sepenuhnya kering. Sudah pasti perih..sudah pasti menyakitkan, jika mengetahui bahwa mereka telah kehilangan orang terkasih hanya karena kelalaian orang lain. Besarnya santunan yang selama ini keluarga korban terima, rasanya tidak akan mampu menghilangkan dan menghapus derita dari sebuah 'kehilangan'. Lalu kepada siapa lagi para korban dan keluarga korban akan mencari keadilan ???

0 komentar: